Menteri ESDM: Daerah Pelosok Wajib Dialiri Listrik Tahun 2030

Jakarta — Untuk mewujudkan pemerataan pembangunan dan keadilan sosial, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, secara tegas menyatakan bahwa seluruh daerah pelosok Indonesia harus segera dialiri listrik. Pernyataan ini muncul dalam beberapa kesempatan seiring disalurkannya program elektrifikasi ke banyak wilayah terpencil. Dalam kesempatan tersebut, Bahlil menyebut bahwa masih ada sekitar 5.700 desa yang belum mendapatkan akses listrik dan menargetkan penyelesaian pada rentang waktu 2029–2030.

Data & Latar Belakang

Menurut publikasi resmi, Kementerian ESDM melalui program seperti Listrik Desa (LisDes) dan Bantuan Pemasangan Baru Listrik (BPBL) telah mencatat kemajuan. Saat ini rasio elektrifikasi nasional telah mencapai 99,1 % tapi masih menyisakan daerah-termasuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar)-yang belum terakses listrik.
Program ini telah menjangkau lebih dari 10.000 lokasi di desa terpencil dan lebih dari 1,2 juta rumah tangga calon penerima.
Dalam paparan resmi juga disebut bahwa dari 5.700 desa yang belum dialiri listrik, pemerintah menargetkan tambahan lebih dari 1.000 desa akan mendapat sambungan listrik dalam sisa tahun ini.

Alasan Kritis Pemerintah

Bahlil menyampaikan bahwa listrik di daerah terpencil bukan hanya soal penerangan, melainkan juga simbol kehadiran negara dan pintu gerbang bagi pembangunan sosial-ekonomi. “Di desa-desa terpencil, cahaya listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi.” katanya. kumparan
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa penyelesaian akses listrik ke seluruh pelosok menjadi salah satu Key Performance Indicator (KPI) kementerian di bawah arahan Presiden Prabowo Subianto.

Strategi & Pelaksanaan Lapangan

Untuk menargetkan semua desa teraliri listrik pada 2030, Kementerian ESDM bersama PLN dan mitra swasta akan memperkuat langkah-langkah berikut:

  • Mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat—yang baru saja diresmikan dan menyalurkan listrik ke sekitar 1.500 rumah.

  • Memprioritaskan daerah 3T yang memiliki kondisi geografi sulit serta rumah tangga yang tersebar.

  • Pelaksanaan program BPBL yang menyediakan sambungan baru rumah tangga di desa secara gratis sebagai amanat sosial.

  • Kolaborasi multi-pihak antara kementerian, PLN, pemerintah daerah, dan swasta untuk mempercepat distribusi hingga titik jaringan akhir.

Tantangan Utama

Meskipun target ambisius, sejumlah tantangan signifikan masih menghadang:

  • Kondisi geografi yang ekstrem di beberapa pulau terpencil dan pegunungan mempersulit pemasangan jaringan listrik.

  • Infrastruktur distribusi masih rentan, dan rumah tangga yang tersebar jauh menambah biaya pemasangan per unit.

  • Dana, koordinasi antar-instansi, dan regulasi daerah yang harus disinkronisasi agar proyek tidak tertunda.

  • Pengawasan dan keberlanjutan program untuk memastikan listrik yang disalurkan bisa dipelihara oleh masyarakat setempat.

Dampak & Manfaat bagi Masyarakat

Ketika listrik menyala di desa-pelosok, dampaknya jauh melampaui sekadar penerangan malam:

  • Anak-anak bisa belajar setelah matahari terbenam.

  • UMKM lokal bisa beroperasi lebih aktif dan produktif.

  • Akses informasi dan teknologi digital menjadi mungkin, mempercepat inklusi sosial dan ekonomi.

  • Pemerintah menunjukkan kehadiran riil di wilayah yang selama ini terabaikan.

Kesimpulan

Dorongan kuat dari Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk menyelesaikan elektrifikasi seluruh pelosok Indonesia menegaskan bahwa akses listrik bukan kemewahan, tetapi hak dasar warga negara. Dengan target 2030 dan berbagai program yang telah berjalan, momentum ini menjadi tonggak penting pemerataan pembangunan nasional. Namun, keberhasilan di lapangan akan sangat bergantung pada eksekusi yang matang, kolaborasi pihak terkait, dan komitmen jangka panjang baik pusat maupun daerah.