Latar Konflik PBNU Terbaru
Dalam beberapa pekan terakhir, struktur kepengurusan terbesar organisasi Islam terbesar di Indonesia, PBNU, terus diguncang konflik internal. Isu utama: keberadaan dan posisi Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU dipertanyakan setelah muncul risalah rapat harian Syuriyah yang mendesak ia mundur. TvOne News+2https://www.metrotvnews.com+2
Pada 26 November 2025 beredar surat edaran yang dinyatakan sejumlah pihak sebagai keputusan pencopotan terhadap Gus Yahya dari jabatan Ketua Umum PBNU. Namun, pihak Gus Yahya membantah keabsahan surat tersebut — menyebut dokumen itu “cacat administratif” karena bermasalah tanda tangan dan stempel, sehingga menurutnya statusnya masih sah. Seru.co.id+2TvOne News+2
Situasi ini memancing reaksi dari berbagai kalangan internal NU. Beberapa pihak menganggap risiko besar bagi marwah dan identitas organisasi ketika konflik ini terus dibiarkan meruncing, sementara lainnya menyerukan islah serta penanganan sesuai aturan internal. Bangsaonline.com+1
📅 Panggilan ke Lirboyo: Solusi atau Pemantik Lagi?
Untuk meredam ketegangan dan mencari solusi, terjadilah panggilan resmi kepada Gus Yahya agar sowan ke Lirboyo — pesantren besar dan sentral bagi banyak kiai sepuh NU — pada Kamis, 27 November 2025. TvOne News+2Disway+2
Pada pertemuan itu, Gus Yahya didampingi sejumlah pengurus PBNU, termasuk Wakil Ketua Umum, untuk bertemu para masyayikh di Lirboyo. Intinya: meminta doa dan nasihat agar konflik internal bisa diredakan, organisasi bisa berjalan normal kembali. detiknews+2https://rm.id/+2
Menurut pernyataan usai sowan, Gus Yahya berharap Lirboyo akan memberi “arah” agar PBNU tetap teduh — artinya, agar NU tidak terperosok lebih jauh ke konflik terbuka. detiknews+1
⚠️ Kenapa Ini Jadi Sorotan Publik & Internal NU
Beberapa hal membuat panggilan ke Lirboyo ini menarik banyak perhatian — bukan cuma sebagai langkah meredam konflik, tapi sebagai indikator arah perjuangan kekuasaan dan legitimasi:
-
Pangkal konflik besarnya: Keputusan rapat Syuriyah yang meminta Gus Yahya mundur dianggap serius — menyangkut tudingan terhadap kredibilitas dan kelayakan kepemimpinannya. TvOne News+2https://www.metrotvnews.com+2
-
Upaya islah melalui kiai sepuh: Dengan memilih Lirboyo — pesantren berpengaruh — sebagai tempat mediasi, ini menunjukkan bahwa penyelesaian konflik bukan hanya politik organisasi, tapi juga melibatkan otoritas religius dan moral.
-
Pertaruhan legitimasi organisasi: Jika konflik ini tidak diselesaikan dengan baik, PBNU bisa kehilangan kepercayaan banyak anggota dan masyarakat. Sebaliknya, solusi damai bisa menjaga stabilitas organisasi yang telah berdiri sejak lama.
-
Mekanisme resmi vs. extrajudicial: Ada dorongan dari beberapa ulama agar penyelesaian dilakukan melalui jalur resmi: Majelis Tahkim NU — bukan lewat “putusan cepat” yang terkesan tergesa-gesa. https://jatim.jpnn.com+1
🔄 Potensi Implikasi ke Depan
-
Jika pertemuan di Lirboyo berjalan lancar dan disepakati mekanisme penyelesaian yang adil — termasuk melalui Majelis Tahkim — konflik bisa surut dan PBNU kembali kondusif.
-
Tapi jika terjadi deadlock atau hasilnya memihak satu pihak tanpa rekonsiliasi, bisa muncul fragmentasi dalam NU — memengaruhi banyak struktur di tingkat wilayah hingga ranting.
-
Reputasi PBNU juga dipertaruhkan. Bagaimana NU menyelesaikan konflik ini bisa jadi tolok ukur bagi publik: apakah organisasi besar ini tetap konsisten dengan nilai keulamaan, musyawarah, dan akhlak?
🧩 Kesimpulan
Panggilan Gus Yahya ke Pesantren Lirboyo hari ini bukan sekadar “sowan biasa.” Ia adalah titik krusial dalam konflik internal PBNU — bisa jadi momentum penyelesaian, bisa juga memunculkan polarisasi. Semua tergantung bagaimana para kiai sepuh, pengurus, dan seluruh elemen NU menyikapi: dengan niat ikhlas untuk islah, atau dengan rivalitas yang makin dalam.
